Sabtu, Januari 24, 2009

Senandung duka

jika ada manusia yang tetap berjalan dalam suatu ketidakpastian dan kekeluan, itu adalah aku
jika ada manusia yang tetap menyusuri lorong kecil, panjang, dingin, dan tanpa cahaya, itu adalah aku
bahkan jika ada manusia yang terus melangkah dikala ia tahu akan mati, itu adalah aku

aku terima
aku terima
aku sangat terima
bahkan jika aku dicaci dan dilemparkan kata munafik
karena aku memang

memasang topeng bahagiaku di depan semua orang
berpura-pura
berperan
seolah aku sanggup membuang sakit hati
seolah aku akan tetap berdiri
seolah aku akan ada disampingnya
seolah aku kuat untuk tetap menggenggam tangannya kala ia menggenggam yang lain

hah

itu semua omong kosong
saat aku berbalik
topeng itu pun seketika lenyap
aku kehilangan semua kekuatanku

aku tak mampu bersikap seolah aku ini sanggup tersenyum
aku meringkuk
mengerang
bahkan sesekali sesegukan
cairan bening perlahan keluar dari dua buah mata ini
bibirku perlahan mengeluarkan senandung dukaku

"rasakan itu"
kata bayanganku
"rasakan itu"
bayanganku kembali berucap


"ini semua salahmu yang tak pernah menggunakanku. kau seharusnya berpikir sayang. berpikir sebelum kau seperti ini."
otakku berseru

"kau seharusnya menutupku darinya. tak sudi aku melihatnya tapi kau paksa aku. sekarang melangkahlah ke depan cermin, dengan senang hati akan kubuat kau melihat bagaimana rupamu saat ini."
mataku membalas

"tak seharusnya kau mendengar semua ucap manis tak bermakna itu. senandung dukamu lebih baik terdengar olehku dibanding manisnya ucap tak bermakna karena senandung dukamu punya arti, nak."
telingaku pun berseru

kutunggu...

sabar

gelisah

kesabaranku habis

kenapa hatiku diam?
saat semua mencaciku, dia hanya diam
kelu
tak berbahasa

lalu kutanya ia :
"kenapa kau hanya diam? aku tak akan naik darah jika kau mencaciku. ini semua buah dari kemunafikan yang ku tanam. berbicaralah padaku."

tiba-tiba
hatiku mendesah
lalu berkata
"jika ada yang pantas mencacimu bahkan ingin membunuhmu, itu adalah aku. kemarahanku terlalu besar. kau buat aku sakit. tak hanya sekali tapi ribuan bahkan jutaan kali. di otakmu telah terpatri, kau tak akan mampu mengobatiku saat aku sakit. tapi kau tetap saja melakukan hal yang sama. sekarang hitung !! hitung hari-hari yang kau jalani dengan aku sebagai tumbal. kalau kau memang ingin aku sakit, aku akan melakukannya sebagai abdiku karena aku milikmu."

dengan kasar, hatiku merobek dirinya sendiri.

sakit
lebih sakit dari sebelumnya
tak dapat kutahan
bibirku mengerang
mengeluarkan senandung duka
lebih keras
lebih pahit
lebih dalam

HITAM

MATI


HANCUR


KOSONG


Tidak ada komentar: