dia:
Kalau kutitipkan sebaris dua baris kata pada layar ini,
Jangan marah
Gelora ini datang tanpa permisi
Mengahardik aku agar bergerak
Jari-jariku tersihir
Tapi bisu
Kau masuk dari pintu depan
Menyapa aku
Membisikan kata “selesaikan”
Ya maka aku selesaikan
Sampai akhir kawan
Lagu tercipta karena indah pada rindumu yang membumbung
Di antara balik bingkai bingkai
Terjajar dalam belleza kemilau
Kau temui dia bukan?
Berapa pujian dari bibirmu
Makin lekat rasanya mata ingin memandang
Siapa dia karunia atau kurnia
Ah sama saja
Laki laki datang dalam bisu
Pergi juga tanpa basa basi
Berapa lama kalian bersama sekarang
Ribuan detik pasti sudah lampau
Hari ini kuucapkan padamu
Penantian itu kosong
Maka isilah
Dengan satu dua kata
Jujurlah
Pada kurniamu yang megah
(lihat aku selesaikan barisan kata ini kan)
saya:
Aku tertawa dan hampir menangis
Menangisi buah kelentikan jari yang kau selesaikan
Sihirmu pun buatku baca
Baca seuntai makna dalam ribuan kata
Kau suruhku jujur
Pada kurniaku yang megah
Jikalau sampai pesanku padanya
Pastilah terurai lewat bingkai bingkai belleza
Bingkai kosong
Yang akan kuisi kata
dia:
Coba rasakan bagaimana jiwanya menyentuh hatimu
Dalam nada saja
Dalam bisikan saja
Ah aku tahu
Kamu bukan menunggu
Kamu hanya ragu
Ragu bergerak
Bukankah ia kurnia yang setya
Ia masih di situ setya menunggu seorang ariana
Ayo bermain dalam kerlingan kerlingan cinta
Yang kau lihat dari panggung besar bulan desember
Waw pesonanya dimainkan saat jarinya menyentuh utuh
Tombol itu
Klik
Sebuah gambar
Gambar wajahmu
Direkatkan pada dinding
Dinding batinnya
saya:
Kau buatku makin ragu
Dia tak setya menunggu seorang anaira
Tapi seorang nama
Yang tak tahu arti kurnia
KURNIA
Yang kau bilang punya pesona dari megahnya panggung desember
Kawan,
Belum ada pintu terketuk
Tuk sampaikan sepucuk surat
Belum ada kabar terlampir
Tuk katakan aku ada disana
Satu ruang yang masih ia isi
Sekarang aku hanya menunggu kurniaku
Melepas bingkai itu
Dan ganti dengan milikku
Maka permainan berakhir
Lalu KLIK !
Tak hanya wajahku
Tapi juga wajahnya disana
Sayang hanya permainan
Halteku makin dekat
Aku harus pulang
Tanpa membawa rupa gambarnya
Aku tak lelah
Hanya mencoba mencari lelah darinya
Kurniaku terlalu megah
Menjadi bayangan sudah bagus untukku
Tapi untuk apa menunggu bayangan
Ya beginilah aku
Tak punya konsistensi tinggi mengenai penantian
Hah kawan
Kuhela nafasku lagi
Lelah
Kubisikkan selesaikan tapi kau nyengir kuda
Aku sakit tenggorokan
Tak bisa menjerit
Lain hari
Kuteriakkan selesaikan
Bukan membisikkan
Rasakan
Ini hari masih pagi
Matahari baru saja tiba
Sinarnya baru melekat pada tubuhmu
belum diselesaikannya, kututup permainan kata ini
aku:
kawan,
halteku musnah
bus ku tak lagi dapat bergerak
klik
sebuah nama
gambar
senyum
sudah terpamerkan pada kurniaku yang tak lagi megah
buka anaira
bukan nama
saat itulah selesai permainan kata kami, kapan kita mulai babak baru kawan?